Senin, 14 Desember 2009

KESALAHAN TERTINGGI/TERENDAH

Oleh: Aryadi Nursantoso

Di suatu pagi dalam sebuah dimensi sedang terjadi perdebatan antar sebagian para salah.
Kesalahan:
Selamat pagi wahai para rekanku, kenapa kalian berdebat seperti itu?

Salah satu yang berdebat berbicara mewakili:
Selamat pagi, ini kami sedang memperdebatkan mana diantara kami yang merupakan kesalahan yang tertinggi maupun yang terendah. Maukah kau menjadi penengahnya?

Kesalahan:
Baiklah, silahkan kalian bergantian mengutarakan apa yang kalian perdebatkan tadi.

Kesalahan 1:
Tuanku seorang ahli agama, tetapi apa yang ia katakan tentang hakekat agamanya tidak ia terapkan dalam kehidupan kesehariannya. Ia juga sering memberi fatwa yang kurang tepat, fatwa yang menyesatkan kaumnya.

Kesalahan 2:
Tuanku seorang filsuf, tetapi kata-katanya kosong dan sia-sia, karena kata-katanya tidak menawarkan penyembuhan bagi penderitaan manusia.

Kesalahan 3:
Tuanku adalah pendidik, tetapi ia tidak memberikan apa yang seharusnya diberikan kepada anak didiknya, ia bukannya menjadi fasilitator yang baik tetapi malah membunuh karakter anak didiknya, mematikan kreatifitasnya.

Kesalahan 4:
Tuanku adalah pelajar, tetapi ia tidak melakukan kewajibannya untuk belajar. Ia tidak mengoptimalkan kemampuannya dalam mencari ilmu.

Kesalahan 5:
Tuanku adalah penguasa, tetapi ia sering menggunakan kekuasannya untuk memenuhi ambisi pribadinya dan dengan kekuasaannya itu ia memangkas hak orang lain.

Kesalahan 6:
Tuanku adalah wakil rakyat, tetapi ia tidak amanah, bukannya menyuarakan apa kata rakyatnya tetapi malah sibuk mengurus perutnya sendiri.

Kesalahan 7:
Tuanku adalah pekerja hukum, tetapi ia tidak adil, tidak bekerja sesuai proporsinya, menurutnya kebenaran dan keadilan dapat diperjual-belikan.

Kesalahan 8:
Tuanku adalah petugas keamanan, tetapi keberadaannya malah membuat orang-orang merasa tidak aman. Ia menggunakan kewenangannya demi kepentingan pribadinya.

Kesalahan 9:
Tuanku adalah pekerja kesehatan, tetapi ia sering melanggar kode etiknya. Ia juga sering memberi diagnosis maupun informasi yang tidak tepat kepada pasiennya.

Kesalahan 10:
Tuanku adalah pekerja sosial, tetapi ia tidak memperdulikan nasib rakyat kecil, ia hanya mau berjuang jika hanya jika ia mendapatkan imbalan atas perjuangannya itu.

Kesalahan 11:
Tuanku adalah pencari berita, tetapi ia sering menyampaikan/menuliskan berita yang belum pasti kebenarannya.

Kesalahan 12:
Tuanku adalah tangan, tetapi ia sering mengkhianati sang mulut, tidak menulis sesuai apa yang mulut katakan.

Kesalahan 13:
Tuanku adalah mulut, tetapi ia sering mengkhianati sang pikiran, tidak mengucapkan sesuai dengan apa yang pikiran ingin utarakan.

Kesalahan 14:
Tuanku adalah pikiran, tetapi ia sering mengkhianati sang hati, memikirkan hal yang bukan-bukan tanpa dikomandoi oleh hati.

Kesalahan 15:
Tuanku adalah hati, tetapi ia tidak dapat menjadi sebenar-benar hati.

Para salah (berkata bersamaan):
Wahai kesalahan, manakah dari kami yang merupakan kesalahan tertinggi maupun terendah?

Kesalahan:
Maafkan aku para rekanku, dari yang kalian sampaikan aku tak dapat mengkotomikan mana yang merupakan kesalahan tertinggi maupun terendah. Karena yang namanya kesalahan itu tetap kesalahan, betapapun itu adalah kesalahan yang paling tinggi ataupun sebaliknya. Dan kita pun tidak boleh hanya melihat kesalahan dari satu sudut pandang saja, karena mungkin ada sesuatu noumena dari kesalahan itu. Jadi menurutku yang dinamakan kesalahan terendah adalah apabila kita melakukan suatu kesalahan kemudian kita menyesali dan memohon ampun kepada Yang Maha Pengampun, sedangkan kesalahan tertinggi itu apabila kita berbuat salah tetapi kita tidak tahu bahwa apa yang kita kerjakan atau lakukan itu merupakan sebuah kesalahan. Wallahu’alam.

Referensi:
Higgin, Graham. 2004. Ontologi Filsafat. Yogyakarta: Bentang.

1 komentar:

  1. Setidaknya Bapak telah membuktikan bahwa berfilsafat itu mungkin bagi Bapak. Agar tugas-tugas filksafat yang lain juga dikerjakan. Amiin.

    BalasHapus