Oleh: Aryadi Nursantoso
Terasa angin berhembus menerpa helaian rambut dengan lembutnya
Awan putih pun serasa berkejaran saling mengalahkan
Terlihat nun jauh disana sebuah titik putih kecil bergerak tak menentu
Seperti sedang diombang-ambingkan ombak yang buas ditengah lautan
Ternyata sebuah kapal yang dengan iklasnya membawa tuannya menepati kewajibannya
Yang sedang ditemani segerombolan burung camar yang senantiasa bernyanyi riang
Menyanyikan yanyian jiwanya
Entah meneriakkan nyanyian bahagia atau ratapan lara
Riak-riak ombak pun tak mau ketinggalan beraksi
Memamerkan kepiawaiannya bergerak dengan lincahnya
Mereka berlomba-lomba mempermainkan butiran pasir dibibir pantai
Mengombang-ambingkan kesana kemari sesuka hatinya
Tanpa memperdulikan perasaan sang butiran pasir
Tanpa mempertanyakan kesediaannya
Mereka mengabaikan hal itu ataukah mempunyai persepsi lain
Entahlah...
Sang tangan jail pun ikut-ikutan bergabung dengan mereka
Mengorek dan menggoda pasir dengan angkuhnya
Menuangkan apa yang ada di otak kecil kepalanya
Menciptakan sesuatu yang cukup membingungkan bagi yang melihatnya
Sang bingung pun tersenyum melihat semua hal itu
Tersenyum riang atas fenomena yang ada
Fenomena yang ia temukan dalam pikirannya
Fenomena yang membuat ia semakin merasa kecil dihadapan-Nya
Bahkan merasa lebih kecil dari butiran pasir
Ia pun berucap syukur diatas kebingungan dan rasa takjubnya
Dan ia pun berujar “ apakah noumena dari semua ini?”
Tentu saja ia tak bisa menjawabnya
Ia hanya tertegun kagum dan terus tertegun
Sampai-sampai ia tak sadar telah terseret masuk kedalam fenomena itu
Ia megikuti tarian sang ombak yang sedang bermain dengan butiran pasir
Ia pun tertawa dengan riangnya
Tertawa dengan lepasnya seakan ia sendirian disana
Sendirian tanpa dibebani oleh kebingungannya
Tak terasa sang mentari semakin condong ke barat
Semakin redup cahaya hangatnya
Ia pun tersadar
Ia pun kembali dengan kebingungannya
Tapi ia tersenyum
Senyum penuh kemenangan dan optimisme
Ia tak lagi merasa menjadi sang fatalisme
Ia yakin apa yang ia pikirkan maupun lakukan tadi tidaklah sia-sia
Itu bagian dari ikhtiarnya
Sang bingung pun kembali ke tempat semula ia datang
Entah apa yang akan dibuatnya
Tak ada yang tahu
Hanya hatinya dan yang menciptakan-Nya yang tahu...
Minggu, 20 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar