Minggu, 20 Desember 2009

SANG BINGUNG

Oleh: Aryadi Nursantoso


Terasa angin berhembus menerpa helaian rambut dengan lembutnya

Awan putih pun serasa berkejaran saling mengalahkan

Terlihat nun jauh disana sebuah titik putih kecil bergerak tak menentu

Seperti sedang diombang-ambingkan ombak yang buas ditengah lautan

Ternyata sebuah kapal yang dengan iklasnya membawa tuannya menepati kewajibannya

Yang sedang ditemani segerombolan burung camar yang senantiasa bernyanyi riang

Menyanyikan yanyian jiwanya

Entah meneriakkan nyanyian bahagia atau ratapan lara

Riak-riak ombak pun tak mau ketinggalan beraksi

Memamerkan kepiawaiannya bergerak dengan lincahnya

Mereka berlomba-lomba mempermainkan butiran pasir dibibir pantai

Mengombang-ambingkan kesana kemari sesuka hatinya

Tanpa memperdulikan perasaan sang butiran pasir

Tanpa mempertanyakan kesediaannya

Mereka mengabaikan hal itu ataukah mempunyai persepsi lain

Entahlah...

Sang tangan jail pun ikut-ikutan bergabung dengan mereka

Mengorek dan menggoda pasir dengan angkuhnya

Menuangkan apa yang ada di otak kecil kepalanya

Menciptakan sesuatu yang cukup membingungkan bagi yang melihatnya

Sang bingung pun tersenyum melihat semua hal itu

Tersenyum riang atas fenomena yang ada

Fenomena yang ia temukan dalam pikirannya

Fenomena yang membuat ia semakin merasa kecil dihadapan-Nya

Bahkan merasa lebih kecil dari butiran pasir

Ia pun berucap syukur diatas kebingungan dan rasa takjubnya

Dan ia pun berujar “ apakah noumena dari semua ini?”

Tentu saja ia tak bisa menjawabnya

Ia hanya tertegun kagum dan terus tertegun

Sampai-sampai ia tak sadar telah terseret masuk kedalam fenomena itu

Ia megikuti tarian sang ombak yang sedang bermain dengan butiran pasir

Ia pun tertawa dengan riangnya

Tertawa dengan lepasnya seakan ia sendirian disana

Sendirian tanpa dibebani oleh kebingungannya

Tak terasa sang mentari semakin condong ke barat

Semakin redup cahaya hangatnya

Ia pun tersadar

Ia pun kembali dengan kebingungannya

Tapi ia tersenyum

Senyum penuh kemenangan dan optimisme

Ia tak lagi merasa menjadi sang fatalisme

Ia yakin apa yang ia pikirkan maupun lakukan tadi tidaklah sia-sia

Itu bagian dari ikhtiarnya

Sang bingung pun kembali ke tempat semula ia datang

Entah apa yang akan dibuatnya

Tak ada yang tahu

Hanya hatinya dan yang menciptakan-Nya yang tahu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar